19 Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur - NTT
19 Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur - NTT | TradisiKita.my.id - Siapa yang belum kenal dengan Provinsi yang terletak di sebelah tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue. Ibukotanya terletak di Kupang, Timor Barat.
Berbicara masalah kesenian tradisional, so pasti Nusa Tenggara Timur atau dikenal juga dengan NTT memiliki aneka ragam kesenian yang timbul dari kebiasaan dan adat istiadat setempat. Termasuk alat musik tradisional yang banyak berkembang dari Provinsi yang memiliki pulau Komodo. Hampir semua alat musik dari Nusa Tenggara Timur ini terbuat dari bahan-bahan yang banyak dijumapi di alam seperti kayu, bambu, daun dan sebagainya.
Sobat generasi muda Indonesia WAJIB mengenal dan melestarikan kebudayaan dari Provinsi Nusa Tenggara Timur ini. Untuk itu, mari kita mulai dengan mengelai alat musik tradisional dari Nusa Tenggara Timur ini.
Dan ini dia daftar alat musik / instrumen tradisional asli dari Nusa Tenggara Timur yang bersumber dari website Provinsi Nusa Tenggara Timur
Leko yaitu dua buah gong yang mula-mula ditabuh seara bergantian, Didale ae, Didala Iki, dan Gaha yaitu tiga buah gong yang berukuran agak besar (gong bass) yang juga ditabuh secara bergantian, Wo Peibho Abho yaitu dua buah gong yang ditabuh sebagai pengiring gong Leko, Wo Paheli yaitu dua buah gong yang ditabuh sebagai pengiring Leko dan We Peibho Abho.
- Kingkang yaitu dua buah gong kecil.
- Dung-dung/kong-kong yaitu dua buah gong sedang.
- Posa yaitu tiga buah gong besar.
- Doa yaitu dua buah gong yang dimainkan seara silih berganti.
- Dhere yaitu terdiri dari satu gong
- Uto-uto yang juga hanya satu gong
- Wela yaitu gong yang paling tingi suaranya.
Tetun yaitu dua buah gong keil, namun apabila dari kedua gong ini hanya dibunyikan salah satunya maka namnya berubah menjadi Toluk, Ote' yaitu dua buah gong sedang. Kedua gong ini dibunyikan dengan penuh perasaan, Kbolo' yaitu dua buah gong besar yang dimainkan dengan tidak terlalu cepat.
Berbicara masalah kesenian tradisional, so pasti Nusa Tenggara Timur atau dikenal juga dengan NTT memiliki aneka ragam kesenian yang timbul dari kebiasaan dan adat istiadat setempat. Termasuk alat musik tradisional yang banyak berkembang dari Provinsi yang memiliki pulau Komodo. Hampir semua alat musik dari Nusa Tenggara Timur ini terbuat dari bahan-bahan yang banyak dijumapi di alam seperti kayu, bambu, daun dan sebagainya.
Sobat generasi muda Indonesia WAJIB mengenal dan melestarikan kebudayaan dari Provinsi Nusa Tenggara Timur ini. Untuk itu, mari kita mulai dengan mengelai alat musik tradisional dari Nusa Tenggara Timur ini.
Dan ini dia daftar alat musik / instrumen tradisional asli dari Nusa Tenggara Timur yang bersumber dari website Provinsi Nusa Tenggara Timur
19 Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur - NTT
1. Alat Musik NTT - Foy Doya
Kabupaten Ngada Flores yang beribukota Bajawa mempunyai banyak ragam kesenian daerah. antara lain musik Foy Doa.
Seberapa lama usia musik Foy Doa
tidaklah diketahui dengan pasti karena tidak ada peninggalan-
peninggalan yang dapat dipakai untuk mengukurnya. Foy Doa berarti suling
berganda yang terbuat dari buluh/bamabu keil yang bergandeng dua atau
lebih.
Mungkin musik ini biasanya digunakan oleh para muda-mudi dalam permainan rakyat di malam hari dengan membentuk lingkaran.
Sistem penalaan, Nada-nada yang
diproduksi oleh musik Foy Doa adalah nada-nada tunggal dan nada-nada
ganda atau dua suara, hak ini tergantung selera si pemain musik Foy Doa.
Bentuk syair, umumnya syair-syair dari
nyanyian musik Foy Doa bertemakan kehidupan , sebagai contoh : Kami
bhodha ngo kami bhodha ngongo ngangi rupu-rupu, go-tuka ate wi me menge,
yang artinya kami harus rajin bekerja agar jangan kelaparan.
Cara Memainkan, Hembuskan angin dari
mulut secara lembut ke lubang peniup, sementara itu jari-jari tangan
kanan dan kiri menutup lubang suara.
Perkembangan Musik Foy Doa, Awal mulanya
musik Foy Doa dimainkan seara sendiri, dan baru sekitar 1958 musisi di
daerah setempat mulai memadukan dengan alat-alat musik lainya seperti :
Sowito, Thobo, Foy Pai, Laba Dera, dan Laba Toka. Fungsi dari alat-alat
musik tersebut di atas adalah sebagai pengiring musik Foy Doa.
2. Alat Musik NTT - Foy Pai
Alat musik tiup dari bambu ini dahulunya berfungsi untuk mengiringi lagu-lagu tandak seperti halnya musik Foy Doa.
Dalam perkembangannya waditra ini selalu
berpasangan dengan musik Foy Doa. Nada-nada yang diproduksi oleh Foy
Pai : do, re, mi, fa, sol.
3. Alat Musik Tradisional NTT - Knobe Khabetas
Masyarakat Dawan peraya bahwa alat musik
Knobe Kbetas telah ada sejak nenek moyang mereka berumah di gua-gua.
Bentuk alat musik ini sama dengan busur panah.
Cara memainkannya ialah, salah satu
bagian ujung busur ditempelkan di antara bibir atas dan bibir bawah, dan
kemudian udara dikeluarkan dari kerongkongan, sementara tali busur
dipetik dengan jari. Meripakan kebiasaaan masyarakat dawan di pedesaan
apabila pergi berook tanam atau mengembala hewan mereka selalu membawa
alat-alat musik seperti Leku, Heo, Knobe Kbetas, Knobe Oh, dan Feku.
Sambil mengawasi kebun atau mengawasi hewan-hewan, maka musik digunakan
untuk melepas kesepian.
Selain digunakan untuk hiburan pribadi,
alat musik ini digunakan juga untuk upacara adat seperti, Napoitan
Li'ana (anak umur 40), yaitu bayi yang baru dilahirkan tidak
diperkenankan untuk keluar rumah sebelum 40 hari. Untuk menyonsong bayi
tersebut keluar rumah setelah berumur 40 hari, maka diadakan pesta adat
(Napoitan Li'ana).
4. Alat Musik Tradisional NTT - Knobe Oh
Nama alat musik yang terbuat dari kilit bambu dengan ukuran panjang
lebih kurang 12,5 cm. ditengah-tengahnya sebagian dikerat menjadi
belahan bambu yang memanjang (semacam lidah) sedemikian halusnya,
sehingga dapat berfungsi sebagai vibrator (penggetar). Apabila pangkal
ujungnya ditarik dengan untaian tali yang terkait erat pada pangkalujung
terseut maka timbul bunyi melalui proses rongga mulut yang berfungsi
sebagai resonator
5. Alat Musik Tradisional NTT - Nuren
Alat musik ini terdapat di Solor Barat. Orang Talibura di Sikka Timur
menyebut alat musik ini dengan nama Sason, apabula disebut seara puitis
menjadi Sason Nuren. Secara etimologi Sason berarti jantan, dan Nuren
berarti perempuan. Sason Nuren merupakan dua buha suling yang dimainkan
oleh seorang sendirian, merupakan sebutan keramat, sakral, kesayangan,
alat hiburan. Menurut cerita tua, seorang tokoh legendaris Solor Barat
konon berkepala dua sekaligus memiliki rmulut dua. Orang Solor Barat
menyebutnya dengan nama Edoreo sedangkan di bagian tengah Solor Barat
menyebutnya dengan nama Labaama Kaha. Konon menurut erita ia pernah
hidup 3-4 abad yang lalu. Konon menurut erita pula ia mampu meminkan
Sason Nuren sekaligus, sehingga apabila sedang maminkan lat musik ini
orang mengira ada dua pribadi yang sedang memainkan Sason Nuren. Menurut
keperayaan penduduk setempat Sason Nuren merupakan suara para peri
(nitun).
6. Alat Musik Tradisional NTT - Sundin Tongkeng
Nama alat musik tiup ini berhubungan dengan bentuk serta ara
memainkannya, yaitu seruas bambu atau buluh yang panjangnya kira-kira 30
cm. Buku salah satu ujung jari dari ruas bambu dibiarkan. Lubang suara
berjumlah 6 buah dan bmbu berbuku. Sebagian lubang peniutp dililitkan
searik daun tala. Cara memainkan alat musik ini seperti memainkan flute.
Karena posisi meniup yang tegak itu orang Manggarai menyebutnya
Tongkeng, sedangkan sunding adalah suling., sehingga alat musik ini
disebut dengan nama Sunding Tongkeng. Alat musik ini bisanya digunakan
pada waktu malam hari sewaktu menjaga babi hutan di kebun. Memainkan
alat musik ini tidak ada pantsngan, keuali lagu memanggil roh halus
yaitu Ratu Dita
7. Alat Musik Tradisional NTT - Prere
Alat bunyi-bunyian dari Manggarai ini terbuat dari seruas bambu keil
sekeil pensil yang panjangnya kira-kira 15 cm. Buku ruas bagian bawah
dibiarkan tertutup, tetapi bagian atasnya dipotong untuk tempat meniup.
Buku ruaw bagian bawah dibelah untuk menyaluirkan udara tiupan mulut
dari tabung bambu bagian atas, sekaligus bagian belahan bambu itu untuk
melilit daun pandan sehingga menyerupai orong terompet yang berfungsi
memperbesar suaranya. Alat musik ini selain digunakan untuk hiburan
pribadi, juga digunakan untuk mengiringi musik gong gendang pada
permainan penak silat rakyat setempat. Nada-nada yang dihasilkan adalah
do dan re, sehingga nama alat ini disebut Prere.
8. Alat Musik Tradisional NTT - Suling
Umumnya seluruh kabupaten yang ada di
NTT memiliki instrumen suling bambu, seperti di Sumba terdapat suling
hidung. Namanya demikian karena suling ini ditiup dari hidung. Kalau di
Kabupaten Belu terdapat orkes suling dengan jumlah pemain ( 40 orang.
Orkes suling ini terdiri dari suling pembawa melodi (suling keil), dan
suling pengiring yang berbentuk silinder yaitu, suling alto, tenor, dan
bass. Suling pengiring ini terdiri dari 2 bambu yang berbentuk silinder
yaitu, bambu peniup berukuran keil dan bambu pengatur nada berbentuk
besar.
Suling melodi bernada 1 oktaf lebih,
suling pengiring bernada 2 oktaf. Dengan demikian untuk meniptakan
harmoni atau akord, maka suling alto bernada mi, tenor bernada sol, dan
bass bernada do, atau suling alto bernada sol, tenor mi,dan dan bass
bernada do.
Cara memainkan : suling sopran atau
pembawa melodi seperti memainkan suling pada umumnya, dan suling
pengiring sementar bambu peniup dibunyikan, maka bambu pengatur nada
digerakkan turun dan naik, yaitu sesuai dengan nada yang dipilih.
Keualui pada sulign bass, bambu peniup yang digerakkan turun dan naik.
Fungsi alat musik suling ini untuk menyambut tamu atau untuk memeriahkan
hari-hari nasional.
9 Alat Musik Tradisional NTT - Heo
Alat gesek (heo) terbuat dari kayu dan
penggeseknya terbuat dari ekor kuda yang dirangkai menjadi satu ikatan
yang diikat pada kayu penggesek yang berbentuk seperti busur (dalam
istilah masyarakat Dawan ini terbuat dari usus kuskus yang telah
dikeringkan). Alat ini mempunyai 4 dawai, dan masing-masing bernama :
- dawai 1 (paling bawah) Tain Mone, artinya tali laki-laki
- dawai 2 Tain Ana, artinya tali ana
- dawai 3 Tain Feto, artinya tali perempuan
- dawai 4 Tain Enf, artinya tali induk
- Tali 1 bernada sol, tali 2 bernada re, tali tiga bernada la dan tali 4 bernada do.
10. Alat Musik Tradisional NTT - Leko Boko / Bijol
Alat musik petik ini terbuat dari labu hutan (wadah resonansi), kayu
(bagian untuk merentangkn dawai), dan usus kuskus sebagai dawainya.
Jumlah dawai sama dengan Heo yaitu 4, serta nama dawainya pun seperti
yang ada pada Heo. Fungsi Leko dalam masyarakat Dawan untuk hiburan
pribadi dan juga untuk pesta adat. Alat musik ini selalu berpasangan
dengan heo dalam suatu pertunjukan, sehingga dimana ada heo, disitu ada
Leko. Dalam penggabungan ini Lelo berperan sebagai pembei harmoni,
sedangkan Heo berperan sebagi pembawa melodi atau kadang-kadang sebagai
pengisi (Filter) Nyanyian-nyayian pada msyarkat Dawan umumnya berupa
improvisasi dengan menuturkan tentang kejadian-kejadi an tang telah
terjadi pda masa lampau maupun kejadian yang sedang terjadi
(aktual).Dalam nyanyian ini sering disisipi dengan Koa (semaam musik
rap). Koa ada dua macam yaitu, Koa bersyair dan Koa tak bersyair.
11. Alat Musik Tradisional NTT - Sowito
Alat musik pukul dari bambu dari Kabupaten Ngada. Seruas bambu yang
dicungkil kulitnya berukuran 2 cm yang kemudian diganjal dengan batangan
kayu kecil. Cungkilan kulit bambu ini berfungsi sebagai dawai. Cara
memainkan dipukul dengan sebatang kayu sebesar jari tangan yang
panjangnya kurang dari 30 cm. Sertiap ruas bambu menghasilkn satu nada.
Untuk keperluan penggiringan, alat musik ini dibuat beberapa buah sesuai
kebutuhan.
12 Reba
Alat musik ini berdawai tunggal ini, terbuat dari tempurung kelapa/labu
hutan sebagai wadah resonansi yang ditutupi dengan kulit kambing yang
ditengahnya telah dilubangi. Dawainya terbuat dari benang tenun asli
yang telah digosok dengan lilin lebah. Penggeseknya terbuat dari sebilah
bambu yang telah diikat dengan benang tenun yang juga telah digosok
dengan lilin lebah. Dalam pengembangannya alat ini dari jenis gesek
menjadi alat musik petik, yang juga berdawai satu dimodifikasikan
menjadi 12 dawai, serta dawainya pun diganti dengan senar plastik. Reba
tiruan ini berfungsi untuk mengiringi lagu-lagu daerah populer.
13. Alat Musik Tradisional NTT - Mendut
Alat musik petik/pukul dari bambu ini berasal dari Manggarai. Seruas
bambu betung yang 1,5 tahun yang panjangnya kira-kira 40 m. Kedua ujung
bambu dibiarkan, namun salah satunya dilubangi. Cara pembuatannya, di
tengah bambu dilubangi persegi empat dengan ukuran 5 x 4 m. Disamping
kiri kanan lubang masing-masing dicungkil satu kulit bambu yang kemudian
diganjal dengn batangan kayu hingga berfungsi sebagai dawai. Cara
memainkan alat musik ini adalah dengan dipetik atau dipukul-pukul dengan
kayu kecil.
14. Alat Musik Tradisional NTT - Ketadu Mara
Alat musik petik dua dawai yang biasa digunakan untuk menghibur diri dan
juga sebagai sarana menggoda hati wanita. Alat musik ini dipercayai
pula dapat mengajak cecak bernyanyi dan juga suaranya disenangi makluk
halus.
15. Alat Musik Tradisional NTT - Sasado
Fungsi musik sasando gong dalam
masyarakat pemiliknya sebagi alat musik pengiring tari, menghibur
keluarga yang sedang berduka, menghibur keluarga yang sedang mengadakan
pesta, dan sebagai hiburan pribadi. Sasando gong yang pentatonis ini
mempunyai banyak ragam cara memainkannya, antara lain : Teo renda,
Ofalangga, Feto boi, Batu matia, Basili, Lendo Ndao, Hela, Kaka musu,
Tai Benu, Ronggeng, Dae muris, Te'o tonak.
Ragam-ragam tersebut sudah merupakan
ragam yang baku, namun dengan sedikit perbedaan ini dikarenakan : (a).
Rote terdiri dalam 18 Nusak adat dan terbagi dalam 6 keamatan. Dengan
sendirinya setiap nusak mempunyai gaya permainan yang berbeda-beda. (b).
Perbedaan-perbendaan ini dipengaruhi oleh kemampuan musikalis dari
masing-masing pemain sasando gong. (c). Belum adanya sistem notasi musik
sasando gong yang baku.
Perkembangan Sansando
Perkembangan Sansando
Sasando pada mulanya menggunakan tangga
nada pentatonis. Diperkirakan akhir abad ke-18 sansando mengalami
perkembangan sesuai tuntutn zaman, yaitu menggunakan tangga nada
diatonis. Sasando diatonis khusunya berkembang di Kabupaten Kupang.
Jumlah dawai yang digunakan oleh sasando
diatonis bervariasi yaitu, 24 dawai, 28 dawai, 30 dawai, 32 dawai, dan
34 dawai. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya yaitu kira-kira 1960
untuk pertam kalinya sasando menggunakan listrik. Ide ini datang dari
seorang yang bernama Bapak edu Pah, yaitu salah seorang pakar pemain
sasando di Nusa Tenggara Timur.
16. Alat Musik Tradisional NTT - Kelontang
Pada jaman lampau wilayah pulau komodo masih berhutan, karena itu masih
banyak binatang buas perusak tanaman seperti Kera. Untuk mengusir
binatang pengganggu tanaman, terciptalah alat musik ini. Alat musik
bunyi-bunyian ini terbuat dari tiga belahan kayu bulat kering yang
panjangnya 30 cm. Ketiga belahan kayu ini diletakkan di atas kaki pemain
yang sedang duduk dan kemudian dipikul dengan batangan kayu sebesar
jari tengah.
17. Alat Musik Tradisional NTT - Tatabuang
Di Tanalein alat musik ini disebut Leto,
di Desa Lamanole Flores Timur disebut Tatabuang. Rupanya mirip dengan
nama Totobuang alat musik dari Maluku. Kemungkinan besar alat musik ini
dibawa oleh suku Kera (Keraf) dari Maluku. Sebutan Tatabuang hanya
terdapat di Lemonale, dan di desa ini banyak terdapat orang suku Kera
yang menyebut dalam sejarah pelayaran menggunakan perahu kora-kora.
Terdapat sebuah erita bahwa asal muasal alat musik ini dari seorang anak
yang selalu mau mengikuti orang tuanya ke kebun. Setiap hari sang anak
selalu menangis, dan ini sangat mengganggu kepergian mereka kek kebun.
Untuk mengatasinya sang ayah membuat alat musik ini untuk sang anak.
Di Lemonale permainan Tatabuang melalui
dua cara, yaitu digantung seperti Leto dan yang lain diletakkan di atas
pangkuan. Tatabuang dibuat dari batangan kayu Sukun yang digantung
berbentuk bulat dan hati dari kayu tersebut dikeluarkan. Tatabuang yang
digantung bernama Letor di Sikka dan yang dipangku bernama Preson di
Wulanggintang.
18. Alat Musik Tradisional NTT - Thobo
Alat musik tumbuk dari bambu ini
berasal Kabupaten Ngada. Seruas Bambu betung yang buku bagian bawahnya
dibiarkan, sedangkan bagian atasnya dilubangi. Ara memainkannya ditumbuk
ke lantai atau tanah (seperti menumbuk padi). Alat musik ini berfungsi
sebagai bass dalam mengiringi musik Foy doa.
19. Alat Musik Tradisional NTT - Gong
Gong merupakan alat musik yang umum
terdapat pada masyarakat Nusa Tenggara Timur yang terbuat dari tembaga,
kuningan, atau dari besi. Biasanya digunakan untuk berbagai tujuan,
misalnya untuk pesta adat, mengiringi tarian dalam penerimaan tamu dan
sebagainya.
Perbedaan antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain antara lain jumlah gong , ukurannya, cara
memainkannya, serta penglarasnya. Khusus penglaras umunya berkisar pada
laras pelog dan slendro.
Nama-nama gong pada masing-masing daerah tidak sama, untuk jelas lihat ontoh berikut :
a. Gong Sumba Barat
Kelompok pertama yang terdiri dari 4 buah gong kecil (katala meduk) dengan urutan pemukulan sebagai berikut :- Mamaalu/gong pertama yaitu gong yang ditabuh/dibunyikan paling pertama, Pahimangu/gong kedua yaitu gong yang dibunyikan setelah mamaulu berbunyi, Pahelungu/gong ketiga yaitu gong yang dibunyikan dengan kecepatan dua kali lebih epat dari gong yang terdahulu, Kabokang/gong keempat yaitu gong yang dibunyikn sama epatnya dengan gong ketiga dan saling mengisi sehingga terdengar bunyi yang harmonis.
- Kelompok kedua yang terdiri dari dua gong besar, yang dalam bahasa Anakalang disebut Katalla bakul, namun ada juga menyebut dengan nama Gasa. Katalla Bakul atau Gasa dibunyikan seara berganti-ganti untuk mengimbangi keempat gong di atas (kelompok pertama).
b. Gong Sabu
Nama-nama gong sesuai dengan cara menabuhnya, ontoh gong pengiring tari Ledo Hawu :Leko yaitu dua buah gong yang mula-mula ditabuh seara bergantian, Didale ae, Didala Iki, dan Gaha yaitu tiga buah gong yang berukuran agak besar (gong bass) yang juga ditabuh secara bergantian, Wo Peibho Abho yaitu dua buah gong yang ditabuh sebagai pengiring gong Leko, Wo Paheli yaitu dua buah gong yang ditabuh sebagai pengiring Leko dan We Peibho Abho.
c. Gong Alor
Nama-nama gong :- Kingkang yaitu dua buah gong kecil.
- Dung-dung/kong-kong yaitu dua buah gong sedang.
- Posa yaitu tiga buah gong besar.
d. Gong Ngada
Gong Ngada terdiri dari lima buah dan umumnya berukuran kecil. Nama-nama gong :- Doa yaitu dua buah gong yang dimainkan seara silih berganti.
- Dhere yaitu terdiri dari satu gong
- Uto-uto yang juga hanya satu gong
- Wela yaitu gong yang paling tingi suaranya.
e. Gong Dawan
Gong Dawan yang dimaksudkan di sini adalah dari Amanuban tepatnya di Desa Nusa Timor Tengah Selatan. Gong yang digunakan umumnya berjumlah 6 buah. Nama-nama gong :Tetun yaitu dua buah gong keil, namun apabila dari kedua gong ini hanya dibunyikan salah satunya maka namnya berubah menjadi Toluk, Ote' yaitu dua buah gong sedang. Kedua gong ini dibunyikan dengan penuh perasaan, Kbolo' yaitu dua buah gong besar yang dimainkan dengan tidak terlalu cepat.
Demikian Sobat Tradisi, 19 Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur (NTT). semoga bermanfaat.
Posting Komentar untuk "19 Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur - NTT"